Optimalkan Efisiensi Energi di Kapal dengan Waste Heat Recovery System (WHRS)
Dalam industri maritim, efisiensi energi dan pengurangan emisi menjadi prioritas utama. Salah satu teknologi inovatif yang menjawab tantangan ini adalah Waste Heat Recovery System (WHRS). Sistem ini memanfaatkan panas buang dari mesin kapal untuk menghasilkan energi tambahan, mengurangi konsumsi bahan bakar, dan menekan polusi.
Apa Itu Waste Heat Recovery System (WHRS) pada Mesin Kapal?
Waste Heat Recovery System (WHRS) adalah teknologi yang mengubah panas terbuang dari gas buang mesin kapal menjadi energi listrik atau panas yang berguna. Mesin diesel kapal biasanya hanya mengonversi 40-50% energi bahan bakar menjadi tenaga mekanis, sementara 50-60% sisanya terbuang sebagai panas melalui gas buang, sistem pendingin, atau radiasi. WHRS menangkap panas tersebut untuk meningkatkan efisiensi mesin hingga 10-15%, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Bagaimana Cara Kerja WHRS pada Kapal?
Prinsip dasar WHRS melibatkan penangkapan panas dari gas buang mesin utama (main engine) atau mesin bantu (auxiliary engine). Panas ini dialirkan ke heat exchanger untuk menghasilkan uap bertekanan. Uap tersebut kemudian menggerakkan turbin atau generator listrik, menghasilkan energi tambahan untuk sistem kelistrikan kapal, pemanas tangki bahan bakar, atau sistem pendingin. Beberapa kapal modern bahkan menggunakan teknologi Organic Rankine Cycle (ORC) untuk mengonversi panas suhu rendah menjadi listrik.
Komponen Utama dalam Waste Heat Recovery System
- Exhaust Gas Boiler (EGB): Menangkap panas dari gas buang mesin dan menghasilkan uap.
- Turbo Generator: Mengubah energi uap menjadi listrik.
- Heat Exchanger: Mentransfer panas dari gas buang ke fluida kerja (air atau minyak termal).
- Sistem Kontrol Otomatis: Memantau dan mengoptimalkan kinerja WHRS secara real-time.
- Pipa dan Katup Penghubung: Mengalirkan panas dan fluida ke seluruh sistem.
Metode Pemulihan Energi/Energy Recovery
Secara umum, ada dua cara untuk memulihkan energi panas dari limbah panas mesin diesel:
- Sistem engine cooling
- Engine exhaust gases
1) Sistem Pendingin Mesin/Engine Cooling
Mesin diesel laut perlu didinginkan untuk mencegah kerusakan. Suhu mesin yang terlalu tinggi dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti ekspansi termal yang menyebabkan macet atau tekanan termal dan mekanis berlebihan yang merusak segel pompa.
Pada mesin berukuran kecil, pendinginan biasanya dilakukan dengan udara. Namun, sebagian besar mesin diesel laut menggunakan pendingin air atau minyak. Pendingin primer ini bersirkulasi secara terus-menerus dalam sistem pendingin tertutup, sementara sistem sekunder mengambil panas dari pendingin primer untuk mencegah overheating. Pendingin sekunder bisa berupa air laut atau udara, tetapi juga dapat berupa sistem air tawar yang memanfaatkan panas tersebut untuk keperluan lain.
2) Gas Buang Mesin/Engine Exhaust Gases
Suhu gas buang mesin berkisar antara 300°C hingga 500°C, tergantung pada desain mesin dan beban kerjanya. Ini merupakan jumlah energi yang sangat besar dan dapat dimanfaatkan dengan berbagai cara. Metode yang paling umum digunakan untuk memulihkan energi limbah ini adalah melalui heat exchanger yang dirancang khusus.
Dengan memanfaatkan kedua metode ini, energi panas yang terbuang dapat diubah menjadi sumber daya yang berguna, meningkatkan efisiensi mesin dan mengurangi pemborosan energi.
Aplikasi WHRS pada Berbagai Jenis Kapal
Sistem ini cocok diaplikasikan di kapal-kapal besar dengan konsumsi energi tinggi, seperti:
- Kapal Kontainer yang membutuhkan pasokan listrik besar untuk reefer (pendingin kontainer).
- Kapal Tanker yang memanaskan muatan minyak untuk menjaga viskositas.
- Kapal Pesiar dengan kebutuhan listrik 24 jam untuk fasilitas penumpang.
- Kapal LNG yang memanfaatkan gas buang untuk mengolah kargo gas alam cair.
WHRS dan Dukungan terhadap Regulasi Lingkungan
Organisasi Maritim Internasional (IMO) menetapkan target pengurangan emisi karbon sebesar 40% pada 2030 dan 70% pada 2050. WHRS menjadi solusi praktis untuk memenuhi regulasi EEXI (Energy Efficiency Existing Ship Index) dan CII (Carbon Intensity Indicator). Dengan mengurangi emisi, kapal tidak hanya menghindari denda tetapi juga meningkatkan citra perusahaan sebagai pelaku bisnis yang bertanggung jawab.
Tantangan dalam Penerapan WHRS
Meski menjanjikan, implementasi WHRS di kapal memiliki beberapa kendala:
- Biaya Investasi Awal Tinggi: Pemasangan sistem ini memerlukan modifikasi mesin dan biaya instalasi yang signifikan.
- Perawatan Kompleks: Heat exchanger dan turbin membutuhkan perawatan rutin untuk mencegah korosi atau penyumbatan.
- Ketergantungan pada Beban Mesin: Efisiensi WHRS optimal saat mesin bekerja pada beban tinggi, sehingga kurang efektif di kapal dengan operasi variabel.
Inovasi Terbaru dalam Teknologi WHRS
Perkembangan teknologi terus meningkatkan efektivitas WHRS, seperti:
- Hybrid Systems: Menggabungkan WHRS dengan energi terbarukan (panel surya atau fuel cell).
- Pemanfaatan AI: Kecerdasan buatan untuk memprediksi kebutuhan energi dan mengoptimalkan aliran panas.
- Material Tahan Suhu Tinggi: Keramik dan paduan logam baru yang tahan korosi gas buang.
Studi Kasus: Efektivitas WHRS di Kapal Kontainer
Sebuah kapal kontainer berkapasitas 14.000 TEU berhasil mengurangi konsumsi bahan bakar sebesar 12% setelah memasang WHRS. Sistem ini menghasilkan 1,5 MW listrik tambahan dari gas buang, cukup untuk memasok seluruh kebutuhan listrik saat berlayar. Emisi CO₂ kapal tersebut turun 35 ton per hari, setara dengan menanam 1.600 pohon per tahun.
Masa Depan Waste Heat Recovery System di Industri Maritim
Adopsi WHRS diprediksi meningkat seiring ketatnya regulasi lingkungan dan kenaikan harga bahan bakar. Penelitian terbaru juga mengarah pada integrasi WHRS dengan mesin hidrogen atau baterai listrik untuk kapal zero-emission. Perusahaan seperti Maersk dan Mitsubishi Heavy Industries telah menginvestasikan dana besar untuk pengembangan sistem ini.
Kesimpulan
Waste Heat Recovery System bukan sekadar teknologi hemat energi, tetapi investasi jangka panjang untuk operasi kapal yang efisien dan ramah lingkungan. Dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, WHRS membantu perusahaan pelayaran memenuhi target ESG (Environmental, Social, Governance) sekaligus meningkatkan profitabilitas.
KONTRIBUTOR: Daris Arsyada
Sumber:
https://www.mdpi.com/2077-1312/8/10/811 (diakses pada tanggal 1 Maret 2025)
https://www.heinenhopman.com/20210113-how-maritime-waste-energy-recovery-works/ (diakses pada tanggal 1 Maret 2025)
https://library.e.abb.com/public/5f7cac28e876a9cbc1257a8a003cc6dc/ABB%20Generations_28%20Achieving%20improved%20fuel%20efficiency%20with%20waste%20heat%20recovery.pdf (diakses pada tanggal 1 Maret 2025)
https://www.mhi.co.jp/technology/review/pdf/e481/e481017.pdf (diakses pada tanggal 1 Maret 2025)