Vortex Shedding dalam Sistem EPC: Tantangan dan Strategi Pengendaliannya
Dalam dunia teknik, fenomena alam yang elegan seperti vortex shedding justru dapat menjadi ancaman serius bagi integritas struktur.
EPC, yang merupakan singkatan dari Engineering, Procurement, and Construction, adalah pendekatan terpadu untuk melaksanakan proyek-proyek teknik kompleks. Dalam konteks ini, pemahaman mendalam tentang vortex shedding—fenomena fisika yang sering dihadapi oleh struktur di alam—bukanlah sekadar teori, melainkan sebuah keharusan untuk memastikan keandalan, keselamatan, dan keberlanjutan sebuah fasilitas. Artikel ini membahas bagaimana fenomena ini dikelola dalam sistem EPC.
Apa Itu Vortex Shedding?
Vortex shedding adalah fenomena osilasi aliran fluida yang terjadi ketika fluida (seperti air atau udara) melewati tubuh “bluff” (bentuk yang tidak aerodinamis) pada kecepatan tertentu.
Di sisi hilir (downstream) tubuh ini, vortisitas—atau pusaran—terbentuk dan lepas secara bergantian dari kedua sisi, membentuk pola yang dikenal sebagai Jalan Vortex Kármán (Kármán vortex street).
Pola pelepasan pusaran yang teratur ini menciptakan gaya sinusoidal bolak-balik yang bekerja pada struktur. Jika frekuensi pelepasan pusaran ini sesuai dengan frekuensi alami struktur, getaran harmonik yang besar dapat terjadi, berpotensi menyebabkan kegagalan struktur melalui kelelahan material (fatigue) .
Mengapa Vortex Shedding Penting dalam Proyek EPC?
Dalam proyek EPC, yang bertanggung jawab atas seluruh siklus hidup proyek, mengabaikan vortex shedding dapat berakibat fatal. Fenomena ini menimbulkan beberapa efek kritis:
1. Getaran yang Diinduksi Vortex (VIV & VIM)
Vortex shedding dapat menyebabkan Vortex-Induced Vibration (VIV) dan Vortex-Induced Motion (VIM). VIV adalah getaran yang diinduksi yang dapat memicu kelelahan struktural, sementara VIM menyebabkan struktur berosilasi, memiringkan, atau menggulingkan, yang dapat berujung pada kegagalan struktural . Efek “lock-in” atau “penahanan” dapat memperparah situasi ini, di mana frekuensi vortex shedding tetap “terkunci” pada frekuensi kritis struktur pada rentang kecepatan di atas dan di bawah kecepatan kritis .
2. Peningkatan Drag dan Kerusakan Cavitation
Vortex yang terlepas menciptakan turbulensi di belakang struktur, yang meningkatkan drag (hambatan) dan mengkompromikan kinerja . Selain itu, di daerah bertekanan rendah, cavitation dapat terjadi. Gelembung uap terbentuk saat tekanan turun di bawah tekanan uap fluida, dan kemudian kolaps dengan keras di daerah bertekanan tinggi, menciptakan gelombang kejut yang menyebabkan kerusakan signifikan pada struktur .
3. Masalah Kebisingan dan Stabilitas
Perbedaan tekanan yang diciptakan oleh vortex shedding menghasilkan gaya fluida yang tidak stabil, menyebabkan getaran mekanis dalam struktur dan fluida di sekitarnya, yang seringkali bermanifestasi sebagai kebisingan . Bagi kapal, pitch dan roll yang signifikan akibat gelombang turbulen dapat membuat ketidaknyamanan dan mengganggu stabilitas .
Persamaan Governing: Hubungan Strouhal
Frekuensi vortex shedding dapat diprediksi secara matematis. Insinyur dalam proyek EPC menggunakan Persamaan Strouhal untuk menghubungkan frekuensi pelepasan dengan kecepatan fluida dan karakteristik struktur .
Rumusnya adalah: St = (f × D) / V
Di mana:
-
St adalah Bilangan Strouhal (nilai konstan untuk rentang Reynolds tertentu, sekitar 0,21 untuk silinder) .
-
f adalah frekuensi vortex shedding (dalam Hz).
-
D adalah diameter karakteristik struktur (misalnya, diameter silinder).
-
V adalah kecepatan aliran fluida.
Dengan persamaan ini, tim EPC dapat memprediksi frekuensi kritis di mana resonansi dapat terjadi dan merancang struktur untuk menghindarinya.
Strategi Mitigasi dalam Kerangka EPC
Salah satu keunggulan pendekatan EPC adalah integrasi antara desain (engineering), pengadaan material (procurement), dan metode konstruksi. Berikut adalah strategi yang diterapkan:
• Modifikasi Desain dan Penambahan Perangkat
Struksur dapat ditambahkan dengan “strake heliks” (helical strakes) atau “fairing”. Strake heliks adalah sirip yang melilit struktur seperti cerobong untuk mengganggu keterkaitan vorteks dan mencegah pembentukan gaya periodik yang besar. Fairing, di sisi lain, berfungsi untuk merampingkan aliran yang melewati struktur .
• Simulasi CFD untuk Optimasi
Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah alat yang indispensable dalam fase Engineering. CFD memungkinkan insinyur untuk memodelkan interaksi fluida-struktur dan memprediksi dengan tepat bagaimana vortex shedding akan mempengaruhi desain mereka . Simulasi ini dapat mengidentifikasi area dengan turbulensi tinggi, drag, serta risiko VIV dan VIM, sehingga memungkinkan dilakukannya optimasi desain sebelum fase konstruksi dimulai .
• Pemanfaatan untuk Aplikasi yang Menguntungkan
Menariknya, vortex shedding juga dapat dimanfaatkan. Dalam proyek EPC kelautan, fenomena ini digunakan untuk meningkatkan stabilitas kapal (seakeeping) dengan menambahkan sirip untuk menginduksi getaran terkendali . Selain itu, energi kinetik dari aliran fluida dapat dikonversi menjadi energi listrik menggunakan piezoelectric harvester yang dipasang pada permukaan tubuh bluff, mengubah tantangan menjadi peluang .
Kesimpulan: Memahami dan mengelola vortex shedding adalah contoh sempurna dari ruang lingkup tanggung jawab dalam sistem EPC. Ini bukan hanya tentang membangun struktur yang kuat, tetapi tentang merancang sistem yang cerdas, aman, dan berkelanjutan yang selaras dengan hukum alam. Melalui pendekatan terpadu yang menggabungkan pemodelan canggih seperti CFD, modifikasi desain yang inovatif, dan strategi mitigasi yang terbukti, insinyur EPC dapat mengubah ancaman vortex shedding menjadi risiko yang dapat dikelola.
Sumber:
https://resources.system-analysis.cadence.com/blog/msa2023-vortex-shedding-applications-in-marine-engineering
https://en.wikipedia.org/wiki/Vortex_shedding
https://taylorandfrancis.com/knowledge/Engineering_and_technology/Chemical_engineering/Vortex_shedding/
https://www.sciencedirect.com/topics/materials-science/vortex-shedding
